Mengenal Obat-Obatan untuk Mengelola Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas, namun dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan tekanan darah tinggi adalah melalui penggunaan obat-obatan yang tepat selain itu juga dengan melakukan perubahan pada gaya hidup yang lebih sehat. Obat-obatan untuk mengelola darah tinggi terdiri dari beberapa jenis seperti diuretik, Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors, Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) dan sebagainya
Diuretik
Diuretik atau sering disebut sebagai “pil air” adalah salah satu jenis obat pertama yang diresepkan untuk mengelola tekanan darah tinggi. Obat ini bekerja dengan membantu ginjal mengeluarkan natrium dan air dari tubuh, pengurangan volume cairan dalam darah membantu menurunkan tekanan darah pada dinding arteri. pil air seringkali menjadi pilihan pertama dalam pengobatan hipertensi terutama untuk pasien dengan kondisi tertentu seperti gagal jantung atau edema, walaupun pil air sering dipilih untuk mengelola tekanan darah tinggi bukan berarti tidak memiliki efek samping. Efek samping yang mungkin timbul tetap ada seperti ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, kram otot dan peningkatan kadar gula darah. Contoh pil air antara lain Hydrochlorothiazide, Furosemide, dan Spironolactone.
Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
ACE inhibitors merupakan kelompok obat yang bekerja dengan cara menghalangi enzim yang menyebabkan pembuluh darah mengkerut. Dengan mencegah penyempitan pembuluh darah, tekanan darah dapat turun dengan kata lain ACE inhibitors menghambat enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang menyebabkan pembuluh darah rileks berakibat turunnya tekanan darah, dengan mengkonsumsi secara teratur dapat mengurangi risiko stroke, serangan jantung dan kematian pada pasien dengan tekanan darah tinggi. Tetapi penggunaan jangka panjang ACE Inhibitors dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia. Contoh Enalapril, Lisinopril dan Ramipril
Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs)
ARBs adalah salah satu kelompok obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dimana bekerja dengan cara memblokir reseptor angiotensin II, yang juga menyebabkan pembuluh darah rileks serta menurunkan tekanan darah. ARBs sendiri sebagai alternatif untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi ACE inhibitors, perlu diingat bahwa adanya potensi kerusakan ginjal dan hiperkalemia dalam konsumsi jangka panjang
Calcium Channel Blockers
Obat ini bekerja dengan menghambat kalsium masuk ke sel otot jantung dan dinding pembuluh darah, yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. dengan kata lain dicegahnya kontraksi pembuluh darah karena kalsium darah dapat mengalir lebih mudah. efek samping yang ditimbulkan juga relatif ringan seperti bengkak pada pergelangan kaki, sakit kepala dan pusing namun apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama dapat berpotensi terhadap penyakit jantung dan hati. contoh golongan obat calcium channel blocker seperti Amlodipine, Diltiazem dan Verapamil
Beta Blockers
Beta blockers mengurangi beban kerja jantung dengan menghalangi efek adrenalin, memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah, golongan obat ini tidak disarankan untuk penderita asma atau masalah pernafasan lainnya serta penggunaannya tidak dapat dihentikan secara tiba-tiba tanpa konsultasi dengan dokter. Hal ini karena penggunaan obat dapat menyebabkan kelelahan, dingin di tangan dan kaki, peningkatan kadar gula darah sampai masalah pernafasan. contoh golongan obat ini adalah Atenolol, Metoprolol dan Propranolol
Alpha Blockers
Bermanfaat menurunkan tekanan darah, Alpha blocker memiliki fungsi lain yakni dapat memperbaiki gejala pada pria dengan pembesaran prostat. jenis obat golongan ini bekerja dengan mengurangi ketegangan di pembuluh darah yang memungkinkan darah mengalir lebih mudah. Doxazosin, Prazosin dan Terazosin merupakan bagian dari golongan obat alpha blockers
Vasodilator
Vasodilator bekerja dengan melebarkan pembuluh darah secara langsung, serta mengendurkan otot di dinding pembuluh darah yang memungkinkan darah mengalir lebih mudah. Vasodilator sendiri diberikan apabila kasus hipertensi sangat sulit dikendalikan dengan obat lain, contoh golongan obat vasodilator seperti Hydralazine dan Minoxidil. Efek samping yang dapat ditimbulkan berupa sakit kepala dan pembengkakan
Tips umum dalam penggunaan obat hipertensi yakni perlunya konsistensi dalam konsumsi obat pada waktu yang sama setiap harinya, jangan lupa untuk selalu melakukan pemantauan tekanan darah dan mencatat hasilnya. Selain itu perlu kesadaran dari pasien untuk segera melaporkan efek samping yang tidak biasa terhadap penggunaan obat. Konsumsi obat memang penting untuk mengelola tekanan darah tinggi tetapi tetap perlu di imbangi dengan gaya hidup sehat, olahraga teratur sampai dengan pengurangan stress